Pages

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 12 Januari 2015

Menjaga Kesehatan dengan Petunjuk Rasulullah



Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
ماَ مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَامَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَ ثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidakkah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang sulbinya. Kalaulah dia harus berbuat, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk napasnya.” (Diriwayatkan At-Tirmidzy dan Ahmad. Al-Abany menshahihkan dalam Shahihul-Jami’, 5674)

Masalah Makanan
Ibnul-Qayyim berkata, “Barang siapa memperhatikan makanan Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam dan apa yang beliau makan, tentu akan mendapatkan bahwa beliau tidak pernah memadukan antara:
-Susu dengan ikan.
-Susu dengan makanan yang asam
-Susu dengan telur
-Susu dengan daging
-Dua jenis makanan yang sama-sama panas
-Dua jenis makanan yang sama-sama dingin
-Dua jenis makanan yang sama-sama lengket
-Dua jenis makanan yang sama-sama mudah mengkerut
-Dua jenis makanan yang sama-sama keras
-Dua jenis makanan yang sama-sama lembek
-Dua jenis makanan yang berbeda, yang keras dengan lembek
-Dua jenis makanan yang berbeda, yang mudah dicerna dan yang sulit dicerna
-Makanan yang dipanggang dengan yang direbus
-Daging yang segar dengan daging yang sudah dibuat dendeng
Beliau juga tidak menyantap makanan pada saat cuaca sangat panas, tidak menyantap makanan yang dimasak dua kali dan basi lali dihangatkan kembali untuk esok hari, tidak menyantap makanan yang bususk atau basi dan sangat asin, seperti makanan yang direndam garam (asinan) dan makanan yang direndam cuka. Semua itu kurang bagus dan dapat mengganggu kesehatan serta menurunkan vitalitas tubuh.
            Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam biasa mengurangi makanan yang panas dengan makanan yang dingin, yang kering dengan yang segar, seperti yang beliau lakukanbterhadap mentimun dan kurma, sebagai mana beliau memakan kurma dengan mentega (minyak samin) meminum perahan bah kurma untuk melembutkan makanan yang keras, yang merupakan inti gizi makanan.
            Yanng tidak termasuk dalam petunjuk Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam ialah meminum minuman yang diperkirakan berdampak negatif. Apalagi jika airnya panas atau dingin sekali, karena yang demikian itu sangat tidak baik. (Ath-Thibb An-Nabawy, hal. 218-224)
            Inilah beberapa petunjuk lain dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam   tentang makan dan minum.
            Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah mencela makanan. Jika tertarik, maka beliau memakannya. Jika tidak, maka beliau meninggalkannya.” (Muttafaq Alaihi; Al-Bukhary, 5409; Muslim, 2064)
            Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menyukai daging. Adapun bagian yang paling beliau sukai adalah bagian paha dan kaki depan domba. Karena itulah wanita Yahudi menyusupkan racun di bagian ini.
Rasululah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah dijamu dan diberi bagian lengan. Maka beliau sangat tertarik kepadanya. (Muttafaq Alaihi; Al-Bukhary, 5712; Muslim, 194)
Bagian yang paling disukai Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam itu adalah daging yang paling mudah dicerna perut, baik daging di bagian lengan atau paha.
Rasulullah juga menyukai yang manis-manis dan madu. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dia berkata, “Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam menyukai manisan dan madu.” (Shahih Al-Bukhary; 5614)
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam juga menyukai roti yang diberi kuah selagi ada kuah. Terkadang beliau campur juga dengan daging, terkadang dengan labu, terkadang dengan kurma dan terkadang dengan cuka. Beliau bersabda, “Kuah yang paling baik adalah cuka.” (Shahih Muslim; 2052)
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam makan buah-buahan asli daerah sendiri ketika tiba musimnya dan tidak anti padanya. Ini juga termasuk sebab pokok dalam menjaga kesehatan.
Tentang cara makan dan minum, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لاَآكُلُ مُتَّكِئًا
“Aku tidak makan dengan bersandar.” (Shahih Al-Bukhary; 5398)           
Ada beberapa jenis bersandar :
-Bersandar pada lambung
-Bersila dengan kaki di bawah paha
-Bersandar pada sesuatu
            Cara pertama tidak bagus saat makan, karena dapat menghalangi kelancaran jalannya makanan secara alami dan menghambat jalannya menuju perut besaar serta menekan perut hingga ia tidak terbuka untuk menerima makanan.
            Dua cara yang lainnya menggambarkan duduknya para penguasa dikatator dan menafikan penghambaan. (Ath-Thibb An-Nabawy, hal. 221-222)
            Cara duduk bersila Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam ini ialah mempertemukan telapak kaki kiri pada punggung telapak kaki kanan, sebagai wujud tawadhu’ kepada Allah, dan ini merupakan cara duduk yang paling ideal saat makan.
            Petunjuk lain yang disampaikan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam sehubungan dengan cara makan, beliau bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا اَوْ يُلْعِقَهَا
“Jika salah seorang di antara kalian selesai makan, janganlah membasuh tangannya hingga dia menjilatinya atau menjllatkannya kepada orang lain.” (Shahih Muslim; 2044)
            Beliau biasa makan dengan menggunakan tiga jari. Ini merupakan cara makan yang paling ideal. Cara makan yang paling bermanfaat ialah mengikuti cara makan beliau.
            Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
يَا غُلَامُ سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai anak muda, sebut nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan ambillah makanan yang paling dekatdenganmu.” (Muttafaq Alaihi; Al-Bukhary, 5376; Muslim, 2022)
Masalah Minuman
Ibnul-Qayyim berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam biasa meminum madu yang dicampur air dingin. Yang demikian ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan, yang tidak diketahui manfaatnya kecuali orang para ahli medis. Minum madu yang dicampur air sebelum makan dapat meluruhkan dahak dan lendir, membersihkan pengendapan di perut, menyingkirkan ampas-ampasnya, membuat hangat secara alami, membuka perintangannya. Hal yang sama juga dapat ia lakukan terhadap hepar/liver dan kandung kemih.” (Ath-Thibb An-Nabawy, hal. 218-229)


"Masih" Mayoritas (?)

            Agama Islam merupakan agama yang memiliki pengikut terbesar di dunia. Bahkan di tengah derasnya arus modernitas yang menjadi dampak dari globalisasi, Islam tetap mengalami penambahan jumlah pemeluknya. Berbagai kalangan baik di dalam maupun luar negeri mulai mengenal dan jatuh cinta kepada Islam melalui bermacam jalan. Ada yang masuk Islam karena tersentuh setelah mempelajari ajarannya dalam kitab suci Al-Quran hingga ada juga memutuskan menjadi mualaf karena akan menikah.
            Di Indonesia sendiri terdapat 6 agama yang resmi diakui oleh negara yaitu; Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Namun, Islam menjadi agama mayoritas yang dianut masyarakat Indonesia. mengingat perkembangannya yang pesat, dulu Indonesia menjadi negara dengan penduduk Islam terbesar di Asia Tenggara. Dengan total hampir 95% dari seluruh penduduk yang ada. Seiring perubahan zaman, populasi penganut Islam semakin mengalami penyusutan. Hingga saat ini Indonesia tidak lagi menjadi negara dengan umat Islam terbesar di Asia Tenggara karena telah digantikan oleh Malaysia.
            Menurut survei yang dilakukan pada tahun 2010 penganut Islam di Indonesia mencapai 87,18% dari total penduduk. Ini artinya telah mengalami penurunan yang cukup drastis sekitar 8%. Lalu ke manakah hilangnya 8% tersebut? Sungguh mengagumkan, di mana Islam terus mengalami peningkatan pengikut, malah di Indonesia mengalami penurunan. Kalau setiap tahun jumlah umat Islam di Indonesia akan terus mengalami penurunan sekitar 5-8% maka bagaimana nasib Islam 50-60 tahun yang akan datang? Masih adakah Islam di saat itu nanti?
Inilah yang perlu dikhawatirkan ketika ada kemungkinan Islam akan menghilang dari bumi Indonesia. Akan mengkhawatirkan pula jika Islam akan menjadi minoritas dan terpinggirkan dari kehidupan di Indonesia. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa Islam di Indonesia terus mengalami penyusutan jumlah pengikutnya. Kemungkinan pertama yaitu banyak umat Islam yang kini usianya sudah tua sehingga kemudian banyak dari mereka yang meninggal. Kedua, mungkin juga ada banyak umat Islam yang hanya mengaku Islam di KTP saja sehingga mereka masih sangat mudah terpengaruh dan labil untuk mengikuti agama lain baik karena alasan pribadi atau lainnya. Namun kedua kemungkinan ini masih sekedar dugaan yang belum diketahui kebenarannya.
Menjadi agama mayoritas di negara demokrasi (bukan negara Islam) tidak berarti semua aturan yang berlaku selalu terikat atau menganut ajaran Islam. Seperti halnya pemberian hukuman bagi tindak kejahatan. Tidak semuanya seperti hukum di Islam. Ini karena juga untuk menghormati keberadaan agama lain. Namun, hingga saat ini nasib Islam di Indonesia semakin hari semakin terabaikan. Bayangkan saja, pemimpin yang mengakui dirinya Islam malah banyak melakukan korupsi. Selain itu, banyak hal-hal yang menjadi larangan di Islam namun semakin merajalela di negeri Ini.  
Benar-benar ironi melihat keadaan sekarang ini. Usaha yang dilakukan para muslim untuk membuat Islam ‘teranggap’ di negeri ini sepertinya butuh perjuangan yang lebih keras. Maka dari itu, sebagai generasi Islam sudah sepantasnya kita terus  bekerja keras demi menjaga eksistensi Islam di bumi pertiwi jika tidak mau melihat Islam tergerus perlahan dan hilang dari Indonesia.
By: dmh

Ujian Ala Pelajar Muslim


Sebagai seorang pelajar muslim perlu melakukan tindakan dan perilaku yang sesuai dengan syariat Islam. Sebagaimana bentuk pengamalan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلا تَعْجَزْ»
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya tersendiri. Bersemangatlah dalam mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.” [Shahih: Shahih Muslim (no. 2664)]
Berikut Tips Ujian bagi pelajar Muslim:
-Meminta kemudahan kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya dengan bentuk doa-doa yang disyariatkan seperti mengucapkan:
((رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي))
“Ya Rabb-ku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.” [QS. Thaha [20]: 25
-Mempersiapkan diri dengan tidur lebih awal, dan pergi ke tempat ujian sesuai waktunya.
-Membawa semua alat-alat yang diperlukan dan yang diperbolehkan. Seperti pulpen, alat-alat teknik, kalkulator, dan jam. Sebab, bagusnya persiapan membantu menjawab pertanyaan.
-Membaca doa keluar rumah:
«بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ»
“Bismillah, aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 3426). Dinilai shahih oleh al-Albani]
«اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلَمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan, dari menggelincirkan atau digelincirkan, dari menzhalimi atau dizhalimi, dari menjahili atau dijahili.” [Shahih: Sunan Abu Dawud (no. 5094) dan ini lafazhnya, Sunan an-Nasa`i (no. 5486, 5539), Sunan Ibnu Majah (no. 3884) dari Ummu Salamah. Dinilai shahih oleh al-Albani]
Jangan lupa meminta keridhaan orang tua karena doa keduanya kepadamu akan dikabulkan. [lihat al-Adab al-Mufrad lil Bukhari (no. 32) dan dinilai hasan oleh al-Albani]
-Membaca basmalah sebelum memulai, karena membaca basmalah disyariatkan dalam memulai setiap perkara mubah karena di dalamnya ada keberkahan dan pertolongan Allah. Inilah di antara sebab datangnya taufik.
-Bertakwalah kepada Allah berkenaan teman-temanmu. Jangan sampai kamu menakut-nakuti dan membuat mereka cemas dalam menghadapi ujian. Menakut-nakuti merupakan penyakit berbahaya. Sebaliknya, doktrinlah mereka untuk optimis dengan ungkapan-ungkapan yang baik dan yang dibenarkan syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjadikan optimis seorang shahabat yang bernama Suhail (yang dimudahkan, nama lengkapnya Suhail bin Amr) seraya bersabda:
«سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
“Semoga urusanmu dimudahkan.” [Shahih al-Bukhari (no. 2732)]
Medengar ungkapan, “Semoga sukses! Semoga lulus!” akan menjadikannya optimis setiap kali akan mengerjakan tugasnya. Maka, Optimislah bahwa dirimu dan teman-temanmu akan mudah menghadapi ujian.
-Berdoa kepada Allah agar menjauhkanmu dari kegelisahan dan ketegangan. Apabila ada soal yang terasa pelik bagimu, maka berdoalah kepada Allah agar memudahkannya untukmu. Dahulu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله apabila sulit memahami permasalahan beliau berdoa:
يَا مُعَلِّمَ إِبْرَاهِيْمَ عَلِّمْنِي وَيَا مُفَهِّمَ سُلَيْمَانَ فَهِّمْنِي
“Wahai Yang mengajari Ibrahim, ajarilah saya. Wahai Yang memberi pemahaman kepada Sulaiman, berilah saya pemahaman.” [`Ilamul Muwaqqi’in (IV/257, II/410) oleh Ibnul Qayyim]
-Pilihlah posisi duduk yang nyaman saat ujian, tegakkanlah punggungmu dengan baik, dan duduklah di atas kursi senyaman mungkin.
-Telaahlah soal ujian terlebih dahulu. Gunakanlah sepuluh persen dari waktu ujian untuk membaca soal dengan teliti dan mendalam, dan merinci kata-kata yang penting. Alokasikan waktu sesuai jumlah soal.
-Rancanglah pemecahan masalah untuk soal yang mudah dahulu, baru yang sulit. Saat membaca soal, tulislah komentar dan ide agar membantumu menjawab soal nanti.
-Jawablah soal menurut kadar kebutuhannya.
-Mulailah dengan menyelesaikan soal mudah yang kamu bisa. Setelah itu, mulai menyelesaikan soal yang sukar. Tinggalkan soal yang kamu belum bisa menjawabnya atau kamu memandang soal tersebut butuh waktu lama untuk sampai pada hasil jawabannya, atau soal yang memang telah ditentukan skornya sedikit.
-Pelan-pelanlah dalam menjawab soal. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«التَّأَنِّى مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Pelan-pelan dari Allah dan tergesa-gesa dari setan.” [Hasan: Musnad Abu Ya’la (no. 4256), Sunan al-Kurba lil Baihaqi (no. 20767) dari Anas bin Malik. Lihat Shahihul Jami’ (no. 3011)]
-Pikirkanlah baik-baik jawaban untuk soal-soal pilihan ganda. Tempuhlah cara ini: Jika kamu merasa yakin jawaban itu benar, maka jangan pedulikan was-was. Jika kamu tidak yakin, maka mulailah membuang  kemungkinan-kemungkinan jawaban yang salah, kemudian tentukan jawaban yang benar dengan menghilangkan keraguan. Jika kamu merasa yakin dengan suatu jawaban, maka jangan pernah merubahnya hingga benar-benar kamu yakin jawaban itu salah. Kecuali jika jawaban salah mengurangi poin.  Metode ini menunjukkan bahwa jawaban benar pada umumnya kembali kepada diri masing-masing.
-Dalam mengerjakan ujian tulis (bukan pilihan ganda), berkonsentrasilah sebelum memulai menjawab. Tulislah kerangka soal dengan beberapa kata yang akan membantu pola pikir kamu dalam memecahkan soal tersebut.
-Tulislah poin penting jawaban kamu di awalnya, sebab hal inilah yang dicari korektor. Terkadang korektor tidak menemukan apa yang dia cari karena ia tersusup di ungkapan-ungkapan yang panjang lebar, sementara korektor inginnya cepat-cepat.
-Sisihkan sepuluh persen dari waktu ujian untuk mengecek jawabanmu. Jangan tergesa-gesa dalam mengeceknya, terkhusus lagi soal-soal hitungan dan penulisan angka. Tahan dirimu dari ketergesaan menyerahkan lembar ujian, dan jangan menggelisahkanmu sebagian peserta yang keluar lebih dini yang terkadang mereka pasrah karena tidak bisa menjawab soal.
-Jika telah usai ujian, kemudian kamu merasa telah keliru pada sebagian jawaban, maka ambillah buku untuk mengeceknya karena bisa menambah ilmu dan untuk menghadapi ujian lain kali, serta sebagai pelajaran agar kamu tidak lagi tergesa-gesa dalam menjawab soal.
Pasrahlah pada takdir Allah dan jangan menjadi korban frustasi dan pesimis. Ingatlah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
“Dan jika sesuatu menimpamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya saya melakukan ini dan ini, tentu akan begini.’ Namun, katakan, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi,’ karena ‘seandainya’ bisa membuka tipu daya setan.” [Shahih Muslim (no. 2664)]
-Ketahuilah! Haram bermain curang, baik pada materi bahasa asing dan yang lainnya. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Barangsiapa yang curang, maka dia bukan termasuk golongan kami.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 1315). Dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi dan dinilai shahih oleh al-Albani]
Bermain curang merupakan bentuk kezhaliman dan jalan haram untuk mendapatkan apa yang bukan menjadi hak kamu berupa nilai tinggi, dilihat manusia, dan selainnya. Sebab, bersepakat dalam kecurangan merupakan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan [Lihat QS. Al-Ma’idah [5]: 2]
Tahanlah dirimu dari perkara haram, maka Allah akan mencukupi kamu dengan sebagian karunia-Nya. Tolaklah setiap wasilah dan contekan yang datang kepadamu dari temanmu. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.
Hendaklah kamu mengingkari kemungkaran dan menentangnya. Bila perlu, laporkan apa yang kamu lihat sewaktu ujian baik sesudah dan setelahnya, dan ini bukanlah namimah yang terlarang, bahkan termasuk mengingkari kemungkaran yang wajib.
Nasehatilah orang-orang yang melakukan jual-beli jawaban atau yang mempublikasikannya, atau yang menyebarkannya lewat internet dan semacamnya, serta orang-orang yang menyiapkan kertas contekan. Katakan kepada mereka agar bertakwa kepada Allah dan kabarkan kepada mereka akibat buruk perbuatan mereka itu.
Waktu yang mereka habiskan untuk menyiapkan kecurangan yang haram ini, seandainya mereka gunakan untuk mengulang pelajaran dan berlatih mengerjakan soal-soal tempo dulu, serta tolong-menolong dalam berbagi pemahaman sebelum ujian, tentu hal ini lebih baik bagi mereka dan lebih kokoh daripada bersepakat dalam hal yang haram.
-Ingat-ingatlah apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi akhirat dan pertanyaan ujian di alam kubur serta jalan-jalan keselamatan di Yaumul Ma’ad
.
((فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ))
“Maka, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka dialah orang yang beruntung.” [QS. Ali Imran [3]: 185]
Kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadikan kita termasuk orang-orang yang sukses dan beruntung di dunia, sekaligus sukses dan beruntung di akhirat. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.

Senin, 05 Januari 2015

As-Sabil



PENYAKIT DAN PENGOBATAN AN-NABAWY
Macam-macam penyakit
Penyakit memiliki definisi sebagai keadaan di mana terjadi perubahan yang dapat dirasakan dan keluar dari kondisi normal, baik bersifat materiel maupun spiritual serta mengakibatkan bahaya yang nyata. Jenis dan macam dari penyakit itu sendiri juga beragam. Mulai dari penyakit ringan yang mudah disembuhkan, hingga penyakit yang akut (parah) dan butuh pengobatan yang lebih intensif untuk menyembuhkannya.
Di dalam pandangan Islam, berbagai macam penyakit masih memiliki kemungkinan untuk mendapatkan kesembuhan. Selagi masih memiliki keyakinan dan tekad yang kuat untuk sembuh, maka dengan izin Allah SWT akan mendapat kesembuhan sempurna melalui berbagai mediator.
ماَ اَنْزَلَ اللهُ دَاءً اِلَّا اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan Dia juga menurunkan obat yang menyembuhkannya.” (Shahih Al-Bukhary, 5678)
            Menurut Ibnul-Qayyim, penyakit itu dibagi menjadi dua macam: Penyakit hati dan penyakit badan.
            Penyakit hati dibagi menjadi dua macam:
1.      Penyakit syubhat dan keragu-raguan.
Firman Allah,
فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُواْ يَكْذِبُونَ    (10)
Artinya: “Alam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”(Al-Baqarah: 10)
 ....وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْكَفِرُونَ مَاذَآ أَرَادَ اللهُ بِهَذَا مَثَلًا....  
Artinya: “Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan Ini sebagai suatu perumpamaan?’ (Al-Muddatstsir: 31)
Allah juga berfirman tentang orang yang diseru untuk berhukum kepada Al-Quran dan As-Sunnah, namun dia enggan dan berpaling,
وَإِذَا دُعُواْ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُم مُّعْرِضُونَ )48( وَإِن يَكُن لَّهُمُ الْحَقُّ يَأْتُواْ إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ (49)أَفِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَمِ ارْتَابُواْ أَمْ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَ رَسُولِهِوج بَلْ أُوْلَئِكَ هُمُ الظَّلِمُونَ (50)
Artinya: “Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika Keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (An-Nur: 48-50)
2.      Penyakit Syahwat

يَنِسَا~ءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَا~ءِ ج إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِى فِى قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَّعْرُوْفًا (32)
Artinya: “Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)
Adapun penyakit-penyakit badan merupakan ungkapan tentang kondisi yang keluar dari tabiatnya yang normal menurut ukuran badan manusia.
            Badan memiliki tiga kondisi :
a.      Kondisi normal, sesuai dengan tabiat.
b.      Kondisi pertengahan.
c.       Kondisi keluar dari normal.s
Pada kondisi pertama, badan menjadi sehat. Pada kondisi kedua, badan berada di tengah-tengah antara keduanya. Pada kondisi ketiga, maka badan menjadi sakit.
Keluarnya badan dari tabiatnya, entah karena faktor dari dalam, karena badan manusia tersusun dari kondisi panas, dingin, lembab, dan kering. Adapun faktor dari luar, karena apa yang menimpa dirinya dapat sesuai dengan keadaannya dan juga dapat tidak sesuai dengan keadaannya. Bahaya yang menimpa manusia, boleh jadi bermula dari watak yang buruk karena ia keluar dari kondisi normal, namun boleh jadi karena ada kerusakan dalam sebagian anggota badan, atau boleh jadi karena melemahnya fitalitas. Hal ini kembali kepada tambahan dari keadaan normal atau kekurangan dari keadaan normal. (Ath-Thibb An-Nabawy, Ibnul-Qayyim, hal 5-9)
Pengobatan ala-Nabi (Ath-Tibb An-Nabawy)
            Ibnul-Qayyim berkata, “Pengobatan ala-Nabi tidak seperti layaknya pengobatan para ahli medis. Pengobatan ala-Nabi dapat diyakini dan bersifat pasti, bernuansa Ilahy, berasal dari wahyu dan misykat nubuwah serta kesempurnaan akal. Sementara pengobatan yang lainnya lebih banyak bersifat praduga, kira-kira dan berdasarkan eksperimen, yang ketidakefektifannya seringkali tidak dapat dipungkiri. Lain halnya dengan pengobatan ala-Nabi, yang keefektifannya langsung diterima, disertai dengan keyakinan akan kesembuhannya dan kesempurnaan penerimaannya berdasarkan iman dan kepasrahan. Al-Qur’an yang menjadi kesembuhan bagi penyakit di dalam dada, jika tidak diterima dengan cara itu, maka ia tidak akan menyembuhkan penyakit di dalam dada. Bahkan bagi orang-orang munafik, Al-Qur’an itu semakin menambah kejahatan di atas kejahatan mereka, menambah penyakit di atas penyakit mereka.”
Pengobatan ala-Nabi adalah apa yang digunakan Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, apa yang beliau perintahkan, apa yang beliau anjurkan dan apa yang beliau larang untuk menyalahinya. Rasulullah melakukan pengobatan dengan hal-hal yang dianjurkan sebagai sarana penyembuhan. Di antaranya ada tiga macam :
1.      Dengan obat-obatan natural.
2.      Obat-obatan Ilahiyah.
3.      Kombinasi antara keduanya.
Penjelasan Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam tentang obat, terkadang bersifat khusus dan terkadang bersifat umum serta global. Penjelasan bersifat umum meliputi berbagai macam sarana pengobatan, dan penjelasan beliau tidak dikhususkan untuk penyakit tertentu, tapi untuk berbagai macam penyakit.
A.     Penjelasan Bersifat Umum dan Global
Meliputi :
1.      Hijamah (bekam, kop)
2.      Madu
3.      Habbatus-Sauda’ (Jinten Hitam)
4.      Air Zamzam
5.      Talbinah (Air rebusan gandum)
6.      Ruqyah
7.      Debu dan Ludah

B.      Penjelasan Khusus dari Nabi
1.      Hijamah dan Celak dengan henna, untuk mengobati sakit di kepala, kedua kaki, atau bagian tubuh lainnya.
2.      Madu untuk mengobati sakit perut.
3.      Sundutan. Maksudnya, menyundut bagian tertentu dari badan dengan menggunakan api.
4.      Talbinah, yaitu air rebusan tepung gandum.
5.      Itsmid, yaitu jenis batu hitam untuk bahan celak ketika mata sakit.
6.      Kam’ah, yaitu jenis tanaman atau cendawan atau jamur (truffle), yang airnya dapat menyembuhkan sakit mata.
7.      Air, di antaranya air Zamzam dan air sumur. “Air Zamzam menyembuhkan menurut niat apa yang ia diminum.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, 883; Al-Irwa’, 1123. Menurut Al-Albany, ini hadits shahih)
8.      Ruqyah, yaitu dengan membaca Al-Qur’an dan doa-doa ma’tsur dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam.
9.      Kurma (untuk mengobati keracunan dan sihir).
10.  Air kencing Onta dan susunya untuk mengibati demam.
11.  ‘Udul Hindy.
12.  Ekor kambing gibas.
13.  As-Sana dan As-Sannut. Keduanya termasuk jenis rerumputan untuk obat, yang keduanya juga biasa disebut as-sana al-makky.
14.  Operasi, yaitu membelah bisul dan mengeluarkan isinya.
15.  Menyembuhkan kesusahan, kekhawatiran dan kesedihan hati.