Pages

Senin, 12 Januari 2015

Menjaga Kesehatan dengan Petunjuk Rasulullah



Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
ماَ مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَامَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَ ثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidakkah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang dapat menegakkan tulang sulbinya. Kalaulah dia harus berbuat, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya dan sepertiga lagi untuk napasnya.” (Diriwayatkan At-Tirmidzy dan Ahmad. Al-Abany menshahihkan dalam Shahihul-Jami’, 5674)

Masalah Makanan
Ibnul-Qayyim berkata, “Barang siapa memperhatikan makanan Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam dan apa yang beliau makan, tentu akan mendapatkan bahwa beliau tidak pernah memadukan antara:
-Susu dengan ikan.
-Susu dengan makanan yang asam
-Susu dengan telur
-Susu dengan daging
-Dua jenis makanan yang sama-sama panas
-Dua jenis makanan yang sama-sama dingin
-Dua jenis makanan yang sama-sama lengket
-Dua jenis makanan yang sama-sama mudah mengkerut
-Dua jenis makanan yang sama-sama keras
-Dua jenis makanan yang sama-sama lembek
-Dua jenis makanan yang berbeda, yang keras dengan lembek
-Dua jenis makanan yang berbeda, yang mudah dicerna dan yang sulit dicerna
-Makanan yang dipanggang dengan yang direbus
-Daging yang segar dengan daging yang sudah dibuat dendeng
Beliau juga tidak menyantap makanan pada saat cuaca sangat panas, tidak menyantap makanan yang dimasak dua kali dan basi lali dihangatkan kembali untuk esok hari, tidak menyantap makanan yang bususk atau basi dan sangat asin, seperti makanan yang direndam garam (asinan) dan makanan yang direndam cuka. Semua itu kurang bagus dan dapat mengganggu kesehatan serta menurunkan vitalitas tubuh.
            Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam biasa mengurangi makanan yang panas dengan makanan yang dingin, yang kering dengan yang segar, seperti yang beliau lakukanbterhadap mentimun dan kurma, sebagai mana beliau memakan kurma dengan mentega (minyak samin) meminum perahan bah kurma untuk melembutkan makanan yang keras, yang merupakan inti gizi makanan.
            Yanng tidak termasuk dalam petunjuk Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam ialah meminum minuman yang diperkirakan berdampak negatif. Apalagi jika airnya panas atau dingin sekali, karena yang demikian itu sangat tidak baik. (Ath-Thibb An-Nabawy, hal. 218-224)
            Inilah beberapa petunjuk lain dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam   tentang makan dan minum.
            Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah mencela makanan. Jika tertarik, maka beliau memakannya. Jika tidak, maka beliau meninggalkannya.” (Muttafaq Alaihi; Al-Bukhary, 5409; Muslim, 2064)
            Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam menyukai daging. Adapun bagian yang paling beliau sukai adalah bagian paha dan kaki depan domba. Karena itulah wanita Yahudi menyusupkan racun di bagian ini.
Rasululah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah dijamu dan diberi bagian lengan. Maka beliau sangat tertarik kepadanya. (Muttafaq Alaihi; Al-Bukhary, 5712; Muslim, 194)
Bagian yang paling disukai Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam itu adalah daging yang paling mudah dicerna perut, baik daging di bagian lengan atau paha.
Rasulullah juga menyukai yang manis-manis dan madu. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dia berkata, “Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam menyukai manisan dan madu.” (Shahih Al-Bukhary; 5614)
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam juga menyukai roti yang diberi kuah selagi ada kuah. Terkadang beliau campur juga dengan daging, terkadang dengan labu, terkadang dengan kurma dan terkadang dengan cuka. Beliau bersabda, “Kuah yang paling baik adalah cuka.” (Shahih Muslim; 2052)
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam makan buah-buahan asli daerah sendiri ketika tiba musimnya dan tidak anti padanya. Ini juga termasuk sebab pokok dalam menjaga kesehatan.
Tentang cara makan dan minum, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
لاَآكُلُ مُتَّكِئًا
“Aku tidak makan dengan bersandar.” (Shahih Al-Bukhary; 5398)           
Ada beberapa jenis bersandar :
-Bersandar pada lambung
-Bersila dengan kaki di bawah paha
-Bersandar pada sesuatu
            Cara pertama tidak bagus saat makan, karena dapat menghalangi kelancaran jalannya makanan secara alami dan menghambat jalannya menuju perut besaar serta menekan perut hingga ia tidak terbuka untuk menerima makanan.
            Dua cara yang lainnya menggambarkan duduknya para penguasa dikatator dan menafikan penghambaan. (Ath-Thibb An-Nabawy, hal. 221-222)
            Cara duduk bersila Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam ini ialah mempertemukan telapak kaki kiri pada punggung telapak kaki kanan, sebagai wujud tawadhu’ kepada Allah, dan ini merupakan cara duduk yang paling ideal saat makan.
            Petunjuk lain yang disampaikan Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam sehubungan dengan cara makan, beliau bersabda,
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا اَوْ يُلْعِقَهَا
“Jika salah seorang di antara kalian selesai makan, janganlah membasuh tangannya hingga dia menjilatinya atau menjllatkannya kepada orang lain.” (Shahih Muslim; 2044)
            Beliau biasa makan dengan menggunakan tiga jari. Ini merupakan cara makan yang paling ideal. Cara makan yang paling bermanfaat ialah mengikuti cara makan beliau.
            Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda,
يَا غُلَامُ سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai anak muda, sebut nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan ambillah makanan yang paling dekatdenganmu.” (Muttafaq Alaihi; Al-Bukhary, 5376; Muslim, 2022)
Masalah Minuman
Ibnul-Qayyim berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam biasa meminum madu yang dicampur air dingin. Yang demikian ini dimaksudkan untuk menjaga kesehatan, yang tidak diketahui manfaatnya kecuali orang para ahli medis. Minum madu yang dicampur air sebelum makan dapat meluruhkan dahak dan lendir, membersihkan pengendapan di perut, menyingkirkan ampas-ampasnya, membuat hangat secara alami, membuka perintangannya. Hal yang sama juga dapat ia lakukan terhadap hepar/liver dan kandung kemih.” (Ath-Thibb An-Nabawy, hal. 218-229)


0 komentar:

Posting Komentar