Sebagai seorang pelajar muslim perlu
melakukan tindakan dan perilaku yang sesuai dengan syariat Islam. Sebagaimana
bentuk pengamalan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ
بِاللَّهِ وَلا تَعْجَزْ»
“Mukmin yang
kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.
Masing-masing ada kebaikannya tersendiri. Bersemangatlah dalam mengerjakan apa
yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.”
[Shahih: Shahih Muslim (no. 2664)]
Berikut Tips Ujian bagi pelajar Muslim:
-Meminta
kemudahan kepada Allah dengan berdoa kepada-Nya dengan bentuk doa-doa yang
disyariatkan seperti mengucapkan:
((رَبِّ
اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي))
“Ya Rabb-ku,
lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.” [QS. Thaha [20]: 25
-Mempersiapkan diri dengan tidur lebih
awal, dan pergi ke tempat ujian sesuai waktunya.
-Membawa semua alat-alat yang diperlukan
dan yang diperbolehkan. Seperti
pulpen, alat-alat teknik,
kalkulator, dan jam. Sebab, bagusnya persiapan membantu menjawab pertanyaan.
-Membaca doa keluar rumah:
«بِسْمِ
اللهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ»
“Bismillah, aku
bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas pertolongan
Allah.” [Shahih: Sunan at-Tirmidzi (no. 3426).
Dinilai shahih oleh al-Albani]
«اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ
أَظْلَمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ»
“Ya Allah aku
berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan, dari menggelincirkan
atau digelincirkan, dari menzhalimi atau dizhalimi, dari menjahili atau
dijahili.” [Shahih: Sunan Abu Dawud (no. 5094)
dan ini lafazhnya, Sunan an-Nasa`i (no. 5486, 5539), Sunan Ibnu
Majah (no. 3884) dari Ummu Salamah. Dinilai shahih oleh al-Albani]
Jangan lupa meminta
keridhaan orang tua karena doa keduanya kepadamu akan dikabulkan. [lihat al-Adab
al-Mufrad lil Bukhari (no. 32) dan dinilai hasan oleh al-Albani]
-Membaca basmalah sebelum memulai, karena
membaca basmalah disyariatkan dalam memulai setiap perkara mubah karena di
dalamnya ada keberkahan dan pertolongan Allah. Inilah di antara sebab datangnya
taufik.
-Bertakwalah kepada Allah berkenaan
teman-temanmu. Jangan sampai kamu menakut-nakuti dan membuat mereka cemas dalam
menghadapi ujian. Menakut-nakuti merupakan penyakit berbahaya. Sebaliknya,
doktrinlah mereka untuk optimis dengan ungkapan-ungkapan yang baik dan yang
dibenarkan syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menjadikan optimis seorang shahabat yang bernama Suhail (yang dimudahkan, nama
lengkapnya Suhail bin Amr) seraya bersabda:
«سَهُلَ
لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
“Semoga urusanmu
dimudahkan.” [Shahih al-Bukhari (no. 2732)]
Medengar ungkapan,
“Semoga sukses! Semoga lulus!” akan menjadikannya optimis setiap kali akan
mengerjakan tugasnya. Maka, Optimislah bahwa dirimu dan teman-temanmu akan
mudah menghadapi ujian.
-Berdoa kepada Allah agar menjauhkanmu dari
kegelisahan dan ketegangan. Apabila ada soal yang terasa pelik bagimu, maka
berdoalah kepada Allah agar memudahkannya untukmu. Dahulu Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah رحمه الله apabila sulit
memahami permasalahan beliau berdoa:
يَا مُعَلِّمَ
إِبْرَاهِيْمَ عَلِّمْنِي وَيَا مُفَهِّمَ سُلَيْمَانَ فَهِّمْنِي
“Wahai Yang
mengajari Ibrahim, ajarilah saya. Wahai Yang memberi pemahaman kepada Sulaiman,
berilah saya pemahaman.” [`Ilamul Muwaqqi’in (IV/257, II/410)
oleh Ibnul Qayyim]
-Pilihlah posisi duduk yang nyaman saat ujian,
tegakkanlah punggungmu dengan baik, dan duduklah di atas kursi senyaman
mungkin.
-Telaahlah soal ujian terlebih dahulu.
Gunakanlah sepuluh persen dari waktu ujian untuk membaca soal dengan teliti dan
mendalam, dan merinci kata-kata yang penting. Alokasikan waktu sesuai jumlah
soal.
-Rancanglah pemecahan masalah untuk soal
yang mudah dahulu, baru yang sulit. Saat membaca soal, tulislah komentar dan
ide agar membantumu menjawab soal nanti.
-Jawablah soal menurut kadar kebutuhannya.
-Mulailah dengan menyelesaikan soal mudah
yang kamu bisa. Setelah itu, mulai menyelesaikan soal yang sukar. Tinggalkan
soal yang kamu belum bisa menjawabnya atau kamu memandang soal tersebut butuh
waktu lama untuk sampai pada hasil jawabannya, atau soal yang memang telah
ditentukan skornya sedikit.
-Pelan-pelanlah dalam menjawab soal. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
«التَّأَنِّى
مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ»
“Pelan-pelan
dari Allah dan tergesa-gesa dari setan.” [Hasan: Musnad
Abu Ya’la (no. 4256), Sunan al-Kurba lil Baihaqi (no. 20767) dari
Anas bin Malik. Lihat Shahihul Jami’ (no. 3011)]
-Pikirkanlah baik-baik jawaban untuk soal-soal pilihan
ganda. Tempuhlah cara ini: Jika kamu merasa yakin jawaban itu benar, maka
jangan pedulikan was-was. Jika kamu tidak yakin, maka mulailah membuang
kemungkinan-kemungkinan jawaban yang salah, kemudian tentukan jawaban
yang benar dengan menghilangkan keraguan. Jika kamu merasa yakin dengan suatu
jawaban, maka jangan pernah merubahnya hingga benar-benar kamu yakin jawaban
itu salah. Kecuali jika
jawaban salah mengurangi poin. Metode ini menunjukkan bahwa jawaban benar
pada umumnya kembali kepada diri masing-masing.
-Dalam mengerjakan ujian tulis (bukan
pilihan ganda), berkonsentrasilah sebelum memulai menjawab. Tulislah kerangka
soal dengan beberapa kata yang akan membantu pola pikir kamu dalam memecahkan
soal tersebut.
-Tulislah poin penting jawaban kamu di
awalnya, sebab hal inilah yang dicari korektor. Terkadang korektor tidak
menemukan apa yang dia cari karena ia tersusup di ungkapan-ungkapan yang
panjang lebar, sementara korektor inginnya cepat-cepat.
-Sisihkan sepuluh persen dari waktu ujian
untuk mengecek jawabanmu. Jangan tergesa-gesa dalam mengeceknya, terkhusus lagi
soal-soal hitungan dan penulisan angka. Tahan dirimu dari ketergesaan
menyerahkan lembar ujian, dan jangan menggelisahkanmu sebagian peserta yang
keluar lebih dini yang terkadang mereka pasrah karena tidak bisa menjawab soal.
-Jika telah usai ujian, kemudian kamu
merasa telah keliru pada sebagian jawaban, maka ambillah buku untuk mengeceknya
karena bisa menambah ilmu dan untuk menghadapi ujian lain kali, serta sebagai
pelajaran agar kamu tidak lagi tergesa-gesa dalam menjawab soal.
Pasrahlah pada
takdir Allah dan jangan menjadi korban frustasi dan pesimis. Ingatlah hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
«وَإِنْ
أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ
قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ
عَمَلَ الشَّيْطَانِ»
“Dan jika
sesuatu menimpamu, maka jangan katakan, ‘Seandainya saya melakukan ini dan ini,
tentu akan begini.’ Namun, katakan, ‘Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki
pasti terjadi,’ karena ‘seandainya’ bisa membuka tipu daya setan.” [Shahih
Muslim (no. 2664)]
-Ketahuilah! Haram bermain curang, baik pada materi
bahasa asing dan yang lainnya. Sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
«مَنْ
غَشَّ فَلَيْسَ مِنَّا»
“Barangsiapa
yang curang, maka dia bukan termasuk golongan kami.” [Shahih:
Sunan at-Tirmidzi (no. 1315). Dinilai hasan shahih oleh at-Tirmidzi
dan dinilai shahih oleh al-Albani]
Bermain curang
merupakan bentuk kezhaliman dan jalan haram untuk mendapatkan apa yang bukan
menjadi hak kamu berupa nilai tinggi, dilihat manusia, dan selainnya. Sebab,
bersepakat dalam kecurangan merupakan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan
[Lihat QS. Al-Ma’idah [5]: 2]
Tahanlah dirimu dari
perkara haram, maka Allah akan mencukupi kamu dengan sebagian karunia-Nya.
Tolaklah setiap wasilah dan contekan
yang datang kepadamu dari temanmu. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena
Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dari itu.
Hendaklah kamu
mengingkari kemungkaran dan menentangnya. Bila perlu, laporkan apa yang kamu
lihat sewaktu ujian baik sesudah dan setelahnya, dan ini bukanlah namimah
yang terlarang, bahkan termasuk mengingkari kemungkaran yang wajib.
Nasehatilah
orang-orang yang melakukan jual-beli jawaban atau yang mempublikasikannya, atau
yang menyebarkannya lewat internet dan semacamnya, serta orang-orang yang
menyiapkan kertas contekan.
Katakan kepada mereka agar bertakwa kepada Allah dan kabarkan kepada mereka
akibat buruk perbuatan mereka itu.
Waktu yang mereka
habiskan untuk menyiapkan kecurangan yang haram ini, seandainya mereka gunakan
untuk mengulang pelajaran dan berlatih mengerjakan soal-soal tempo dulu, serta
tolong-menolong dalam berbagi pemahaman sebelum ujian, tentu hal ini lebih baik
bagi mereka dan lebih kokoh daripada bersepakat dalam hal yang haram.
-Ingat-ingatlah apa yang telah kamu siapkan
untuk menghadapi akhirat dan pertanyaan ujian di alam kubur serta jalan-jalan
keselamatan di Yaumul Ma’ad
.
((فَمَنْ
زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ))
“Maka,
barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka dialah orang
yang beruntung.” [QS. Ali Imran [3]: 185]
Kita memohon kepada
Allah subhanahu wa ta’ala untuk menjadikan kita termasuk orang-orang
yang sukses dan beruntung di dunia, sekaligus sukses dan beruntung di akhirat.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.
0 komentar:
Posting Komentar